Syafii, mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, tumbuh sebagai anak kampung di Nagari Sumpur Kudus, Sumatera Barat, pada tahun 1940-an. Hidupnya dikelilingi oleh Zainal, sepupunya, Makdiah yang suka berantem, Husin si penakut, dan Julai si melankolik. Sejak kecil, Syafii berjuang dengan kehilangan ibunya, yang meninggal saat ia bayi, meninggalkan ayahnya, Ma'rifah Rauf, terpukul. Setelah diasuh oleh paman dan bibi, Syafii mulai belajar di Madrasah dan rajin mengaji. Meskipun ayahnya berpoligami, hubungan mereka tetap erat, sering bepergian bersama. Namun, perang revolusi mengoyak kehidupan keluarga mereka, termasuk kebakaran salah satu rumah. Setelah perang, ayah Syafii berusaha menyekolahkannya ke madrasah ternama di Lintau. Saat lulus, ia dihadapkan pada pilihan sulit: tinggal di desa tercinta atau merantau ke Jawa untuk melanjutkan pendidikan agama, yang tidak didukung oleh ayahnya. Onga Sanusi, pengajar Muhammadiyah, yakin Syafii memiliki potensi lebih dan mendorongnya untuk menimba ilmu jauh dari rumah. Keputusan yang diambil membawa kekecewaan yang bisa mengubah jalan hidupnya.
sebagai Bainah
sebagai Syafii
sebagai ...
sebagai ...
sebagai Aminah
sebagai ...
sebagai Onga Sanusi
sebagai ...
sebagai Pak guru Rahman
sebagai ...
sebagai Ma'rifah
sebagai ...
Belum ada ulasan dari pengguna.