Oemar Said Tjokroaminoto (Tjokto), lahir dari keluarga bangsawan Jawa dengan latar belakang keislaman yang kuat, tidak tinggal diam melihat kemiskinan dan kesenjangan sosial yang melanda rakyat setelah Tanam Paksa dan pada awal Politik Etis sekitar tahun 1900. Dengan keberanian, ia meninggalkan status kebangsawanannya dan bekerja sebagai kuli pelabuhan. Tjokro berjuang dengan mendirikan Sarekat Islam, organisasi bumiputera terbesar dan resmi yang mencatat hingga dua juta anggota. Ia berusaha menyamakan hak dan martabat masyarakat bumiputera yang terjajah, menandai awal lahirnya tokoh dan gerakan kebangsaan. Sebagai seorang intelektual yang cerdas, Tjokro memiliki berbagai keahlian, mulai dari silat, mesin, hingga hukum. Ia juga dikenal sebagai penulis surat kabar yang kritis dan orator ulung yang mampu memukau ribuan pendengar, sehingga membuat pemerintah Hindia Belanda merasa terancam dan berupaya menghambat gerakan Sarekat Islam. Namun, perjuangan Tjokro juga dihadapkan pada tantangan perpecahan dari dalam organisasi itu sendiri. Rumah Tjokro di Gang Peneleh, Surabaya, menjadi tempat berkumpulnya tokoh-tokoh bangsa Indonesia di masa depan. Di rumah sederhana yang dikelola oleh istrinya, Suharsikin, Tjokro menjadikan tempat tersebut sebagai rumah kos yang juga menjadi pusat pendidikan bagi banyak murid muda. Mereka, yang terinspirasi oleh cita-cita Tjokro untuk membangun bangsa yang bermartabat, terdidik, dan sejahtera, akan meneruskan perjuangan tersebut. Salah satu muridnya di Peneleh adalah Soekarno, yang kelak menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia.
sebagai H Samanhudi
sebagai ...
sebagai Ibrahim Adji
sebagai Hasan Ali Surati
sebagai Tjokroaminoto
sebagai ...
sebagai Abdullah
sebagai Musso
sebagai ...
sebagai ...
sebagai Soeharsikin
sebagai Koesno/Soekarno
sebagai Agoes Salim
sebagai ...
sebagai Mangoensoemo
sebagai ...
sebagai Soemaun
sebagai Tjokro muda
sebagai Mbok Tambeng
sebagai Stella
sebagai Bu Mangoensoemo
sebagai ...
sebagai Pak Haji Garut
Belum ada ulasan dari pengguna.