Sekelompok masyarakat di pedalaman Kalimantan berjuang untuk melindungi lingkungan dan hutan adat mereka. Mereka mempercayai ramalan nenek moyang yang menyatakan bahwa akan terjadi kerusakan hutan akibat ulah manusia, namun akan ada seorang yang ditakdirkan untuk menjaga hutan dan sumber mata air mereka. Danum Baputi, putri Tuwo Damang, kepala suku, terpilih sebagai Danum Pambelum (penjaga mata air). Ketika sebuah perusahaan asing mulai membuka hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, konflik pun muncul antara masyarakat adat dan para investor, serta di antara anggota masyarakat itu sendiri, yang terpecah karena adanya oknum-oknum yang tergoda oleh keuntungan. Tanah adat Danum Baputi menjadi target utama perluasan perkebunan. Tuwo Damang, bersama Penyang dan Mantikei serta penduduk lainnya, berusaha keras mencegah rencana tersebut. Namun, Kiung, seorang pengikut perusahaan, melakukan tipu daya untuk mendukung ekspansi perkebunan. Ia memanfaatkan Akin, yang jatuh cinta pada Danum. Karena gagal mendapatkan hati Danum, Akin akhirnya bergabung dengan Kiung dan diperalat untuk menghabisi Tuwo Damang, yang dianggap sebagai penghalang dalam menguasai tanah adat. Dengan keberanian dan tekad, Danum, Penyang, dan Mantikei bersatu untuk menghentikan Kiung yang membakar rumah-rumah penduduk yang menolak tunduk pada kehendaknya.
sebagai Danum Baputi
sebagai ...
sebagai ...
sebagai Akin
sebagai Penyang
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai Kiung
sebagai Mantikei
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai Tuwo Damang
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
sebagai ...
Belum ada ulasan dari pengguna.